Saturday, 11 October 2014

cerpen "kita sahabat" :)

Tags

Kita sahabat
 Persahabatan bukan hanya sekedar kata, yang ditulis pada sehelai kertas tak bermakna, tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan suci, yang ditoreh di atas dua hati, ditulis dengan tinta kasih sayang, dan suatu saat akan dihapus dengan tetesan darah dan mungkin nyawa.
Siapa bilang manusia hanya bisa menanti keputusan dari yang kuasa? kita memiliki sebuah keinginan dan harapan, pasti, setiap
keinginan dan harapan itu pasti akan terwujud dan terjadi namun kadang tak sesempurna yang kita bayangkan… Mungkin tidak masuk akal dengan masalah cinta, Coba lihat, kita selalu menganggap semua takdir, disitulah awal cinta bermakna, sedikit mengupas masalah cinta dan rasa antara anak adam dan hawa yang terbungkus dalam suatu ikatan janji kelingking.
Di vonis menderita Kanker sejak 2 bulan lalu dan tidak akan berumur lama lagi sungguh menyakitkan bagiindaEr, usianya yang kini baru 18 tahun, dengan segudang cita-cita yang dia inginkan, sudah pasti tak satu pun akan terwujud.
Pintu kamar Lyana tiba-tiba terbuka, seorang wanita cantik paruh baya masuk lalu duduk di sampingnya.
“Gimana rasanya sayang? Masih gak enak? Kita ke dokter sekarang ya?” ujar wanita itu dengan lembutnya.
“nggak usah, bu, Lyana sudah enakan kok, Lyana cuma mau beristirahat aja”, jawab Lyana dengan sopan.
“ya sudah kalau begitu, Ibu tinggal dulu ya, istirahat ya Nak,” ujar sang ibu sambil mencium kening putri semata wayangnya.
“Makasih bu, aku selalu sayang Ibu,” lirih Lyana berujar dengan senyuman.
a
Terus terang Lyana sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, tapi dia terus berusaha menyembunyikan itu dari orang tuanya.
Ternyata sakit yang dirasakan Lyana pagi itu adalah pertanda Lyana akan segera di panggil menghadap Tuhan lebih cepat dari perkiraan dokter, saat minta izin untuk beristirahat pada ibunya, kesehatan Lyana benar-benar drop, dengan panik Ibu Lyana menghubungi erwin,dan suaminya ayah dari Lyana untuk segera pulang, Lyana dilarikan ke rumah sakit, setelah mendapat penanganan oleh tim dokter, Lyana sedikit terlihat tenang, namun mukanya terlihat pucat, sinar matanya terlihat begitu redup.
erwin, dan Ayah dari Lyana datang ke rumah sakit, tampak ibu Lyana duduk meneteskan air mata dan selalu berdoa pada yang esa demi kesembuhan Lyana,
“Maaf, Bapak dan ibu bisa kita bicara sebentar di ruangan saya.” kata dokter yang bernama
egi ginanjar , yang juga merupakan dokter pribadi keluarga dari Lyana.
“Baiklah dok” sambut ayah Lyana.
Setelah ayah dan ibu Lyana duduk di ruangan dokter egi ginanjar, mereka akhirnya mulai bicara,
“Maaf sebelumnya bapak dan ibuk, selama ini saya telah berkerja semaksimal mungkin demi keselamatan Lyana, tetapi semua usaha saya sia-sia dan belum terlihat perkembangannya sama sekali, dan maaf sebesar-besarnya mungkin nyawa Lyana tidak akan lama lagi dan saat ini hanya doa dan mukzizat tuhanlah yang mampu merubah segalanya.” ujar dokter
egi ginanjar.
Perkataan dokter egi ginanjar mampu membuat jantung kedua orang tua Lyana berdetak dari biasanya, begitu pula dengan erwin yang sengaja mengintip di jendela kaca di ruangan dokter egi ginanjar, karena tak kuat mendengar penderitaan sahabatnya erwin berlari keluar rumah sakit dan tak sanggup bila harus melihat sahabatnya tersakiti seperti ini.
Kedua orangtua Lyana Memasuki ruangan perawatan, ibu Lyana berusaha menyembunyikan air matanya, dia tersenyum penuh kepedihan di samping ranjang putrinya,
“Ibu, kenapa? Kok sedih begitu?” ujar Lyana.
“Gak apa-apa sayang”, Jawan ibu Lyana dengan nada berbisik tak kuasa menahan air mata.
“Maafkan Lyana, Ibu, Ayah, Lyana tak bermaksud membuat Ayah dan Ibu terluka seperti ini, Lyana hanya tak ingin menyusahkan kalian” Lyana berkata dengan nada terbata-bata.
“Tidak sayang, kamu tidak perlu minta maaf seharusnya ayah dan ibu yang minta maaf pada kamu karena kami jarang memperhatikan kamu, kami selalu sibuk dengan urusan kami.” Jawab Ibu Lyana dengan bergelimpangan air mata dan menciumi tangan Lyana.
Telah beberapa hari Lyana berada di rumah sakit ia tak pernah melihat erwin sahabatnya datang menjenguknya,
“Bu, apakah ibu telah memberi tahu pada erwin bahwa Lyana di rawat rumah sakit?” bertanya pada ibunya yang tengah membuatkan makanan untuknya.
“Pada saat kamu dilarikan ke rumah sakit,
erwin datang kemari dan menjenguk kamu tetapi setelah itu ibu tidak pernah melihatnya lagi… memangnya kenapa? atau kamu kangen ya sama dia?” jawab Ibu dengan menggodai Lyana.
“Iya sih bu, kenapa ya
erwin tak pernah datang menjenguk Lyana! Bu, kita pulang aja yuk Lyana mau di rawat di rumah aj, Lyana bosan di sini…” memohon dengan wajah manjanya,
Kini Lyana telah berada di rumah, Lyana meminta sang Ibu agar menyuruh erwin cepat datang ke rumahnya. erwin yang saat itu juga sangat merindukan dan selalu bertanya-tanya tentang keadaan sahabatnya itu datang memenuhi panggilan Ibu Lyana, Lyana sangat senang dan tersenyum menyambut kedatangan sahabatnya itu, Hal yang dulu pernah sekejap hilang kini telah timbul kembali rasa indah, rasa riang, dan rasa bahagia saat mereka bersama.
Tepat di depan rumah Lyana, mereka duduk di sebuah kursi putih panjang di kelilingi berbagai bunga hiasan sang ibu, Lyana meminta sesuatu pada sahabatnya sebelum akhirnya nanti ia tiada di dunia lagi,
“Apabila umurku tak panjang lagi dan kematian sudah di depan mata, aku ingin terakhir kalinya kita berada di tempat kita berjanji dahulu kan bersahabat menyayangi sekarang atau nanti, dengan tambahan seribu cahaya lampion di setiap mataku memandang dan akan aku jadikan momen paling indah dalam memoryku..” berkata dengan senyuman dan penuh hayalan dalam baying-bayangnya Lyana.
erwin berjanji satu hal lagi pada Lyana, bahwa akan selalu membahagiakan Lyana dan menuruti setiap perkataan yang terucap dari lisan Lyana, ia juga berkata akan mewujudkan bayangan itu ke dalam bentuk nyata dengan kemampuannya.
Kini telah 4 bulan waktu berlalu, tinggal hitungan hari menipis menuju kematian…
erwin terus berusaha berkerja seorang diri mewujudkan janji dan bayangan Lyana sebelum akhirnya (Persembahan Terakhir) Telah hampir 4 hari berturut erwin mengerjakan segala sesuatu seorang diri tanpa istirahat.
Lain dengan Lyana, yang kini tampak baik dari dalam dirinya, kedua orang tua Lyana mencoba memeriksakan penyakit putrinya apakah mulai membaik atau tinggal hitungan hari. Saat dokter egi ginanjar memeriksa Lyana ia meneteskan air mata perlahan, Lyana yang melihat dokter egi ginanjaer meneteskan air mata memandang ke arah kedua orangtuanya dan juga meneteskan air mata seakan tak ingin mendengar keputusan dokter nantinya.
“Subhanallah, Inilah mukzizat yang datang dari Allah SWT, penyakit yang selama ini bersarang di tubuh Lyana kini telah sembuh TOTAL!!!” Dokter Gustomi mengucap syukur dan gembira atas apa yang selama ini di perjuangkannya ternyata di bantu oleh Allah SWT,
Lyana merasa gembira dan memeluk kedua orang tuanya dengan rasa senang dan bahagia, Lyana juga mengucapkan banyak terima kasih pada Dokter egi ginanjar atas semangat dan kerjanya ia dapat terbebas dari penyakit ganas itu…
Lyana sengaja belum memberitahu
erwin tentang kesembuhannya karena ia ingin membuat sebuah kejutan pada sahabatnya itu.
Disaat keesokan harinya datang Lyana berniat untuk pergi mengunjungi erwin, saat dalam perjalanan Lyana beberapa kali menghubungi erwin tetapi tak pernah diangkat, erwin sengaja tak mengangkat telepon dari Lyana karena permintaan Lyana telah selesai di lakukannya pagi ini dan ia berniat malam nanti Lyana melihat sebuah persembahan terakhirnya khusus pada Lyana sahabatnya.
Lyana melihat erwin sedang berjalan kaki pulang, Lyana lalu berhenti dan memanggil erwin yang ada di seberang jalan.. erwin meyebrangi jalan raya yang sering di lalui kendaraan yang melaju dengan cepat karena jalan yang sepi dari pejalan kaki, Karena kurang istirahat erwin tidak dapat melihat dengan jelas karena silauwan mata hari yang pedih ke arah matanya,
erwin mengalami kecelakaan hingga mengakibatkannya kehabisan banyak darah, tidak ada stok darah yang tersisa dan cocok dengan darah erwin termasuk darah Lyana… kini berganti cerita erwin yang tak akan bertahan lama hidup tanpa ada pendonor yang cocok dengannya, tetapi erwin masih dalam keadaan sadar dan seperti ingin mengatakan sesuatu,
“Hey Aneh, apa kabar? Sekarang bayanganmu telah menjadi nyata, dan nampaknya kini engkau jauh lebih baik dari sebelumnya.” Ucap erwin dengan nada suara yang kecil dan terbata-bata.
“Maaf tidak memberi tahumu, sebenarnya tuhan masih menginginkan aku hidup lebih lama lagi, dan menyabut penyakitku dengan total.” Jawab Lyana dengan meneteskan air mata.
erwin  menggerakan tangannya dan menghapus air mata yang jatuh dari Lyana.
“Ingat, aku tak akan pernah membiarkan setetes pun jatuh dari dirimu.” Menghapus air mata Lyana dengan senyumannya.
erwin tak dapat bertahan lebih lama lagi dalam kondisi kekurangan banyak darah, kini wajahnya putih pucat, dan erwin sempat mengucapkan sebuah kalimat pada Lyana…
“Now or later, Our friendship will never die.”
erwin  telah tiada dengan sebuah kata, “Sekarang atau nanti, Persahabatan kita tidak akan pernah mati”
Setelah kematian erwin kini hidup Lyana lebih rapuh dari pada saat ia mengidap penyakit Leukimia, ia mengunjungi tepian danau tempat yang di persembahkan oleh erwin sebagai Persembahan Terakhir untuknya…
memang cukup indah malam itu, bagai seribu lampion berbagai warna cahaya menyinari tempat tersebut…
tak hanya itu, telah disiapkan sebuah kursi untuk sepasang orang dengan selembar perahu kertas bertuliskan, suatu saat nanti kita akan berlayar bersama membangun perahu kertas di surga tentang arti sahabat kita.
Lyana duduk di kursi yang telah di persiapkan oleh erwin, dan saat erwin memandang ke depan tampak seperti ada sebuah asap yang membentuk wajah erwin dengan sempurna dan menengadahkan jari kelingkingnya ke arah Lyana.
Dengan rasa heran, takut dan bimbang Lyana mengarahkan kelingkingnya ke arah
erwin yang di lihatnya seketika wajah itu tersenyum dan hilang terbawa angin,
Lyana terkejut, bangkit dari tempat duduknya dan ia merasakan bahwa tadi itu benar adalah erwin sahabatnya.

Sekian !


EmoticonEmoticon